MEDIABAHANA.COM, WAJO — Untuk pertama kalinya Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Wajo menggelar Safari Jurnalistik ke sejumlah kecamatan di kabupaten Wajo.
Tujuannya, untuk bersilaturrahmi dengan mitra kerja, selain itu Safari Jurnalistik juga bertujuan memperkenalkan kepengurusan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) kabupaten Wajo yang baru dilantik.
Hari Pertama kegiatan Safari Jurnalistik dimulai di kecamatan Maniangpajo dan kecamatan Belawa.
Di kecamatan Maniangpajo, kami diterima Camat Maniangpajo, M. Jalil, hadir lengkap Kepala Desa dan Lurah bersama Kepala Sekolah, baik SD, SLTP dan SMA yang ada di Maniangpajo.
Banyak hal yang menjadi bahan diskusi bagi kami bersama mitra kerja yang ada di Maniangpajo ini, mulai dari dinamika pembangunan kabupaten Wajo yang cenderung melambat akibat pandemi Covid 19, masalah seputar pendidikan dan yang paling menarik kehadiran “Nyamuk-Nyamuk Nakal” yang kerap bertopeng Jurnalis.
“Satu kali, Dua kali kehadiran mereka adalah teman, namun kehadiran mereka yang berkali-kali akhirnya mengusik kami dan tak jarang menguras dompet kami, ” kata seorang Kepala Sekolah yang menjadi audens Jami ketika itu.
Menanggapi hal tersebut, Ketua PWI Kabupaten Wajo H.Rukman Nawawi mengatakan kehadiran “Mereka” sesungguhya juga membuat kami terusik, namun apalah daya, kehadiran Undang-Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers menempatkan Wartawan tidak lagi harus berkecimpung dalam wadah PWI.
“Seiring diterapkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, sama halnya dengan media, organisasi pers dan organisasi kewartawanan tumbuh subur bak cendawang di musim hujan, “ujar H.Rukman Nawawi yang juga owner SINERGI GROUP.
Lanjutnya, kami tidak menutup mata dengan hal tersebut. Sayangnya kami tidak bisa mengontrol.semua Wartawan yang ada di daerah ini, tetapi hanya terbatas pada Anggota PWI saja.
“Kami di PWI secara rutin melakukan upaya-upaya peningkatan kualitas SDM berupa Pelatihan Jurnalistik, dan Uji kompetensi terhadap Anggota PWI. Dua periode kepemimpinan saya di PWI Kabupaten Wajo, dua kali pula kami adakan Uji Kompetensi Wartawan Jenjang Madya, ” kata Mantan Wartawan Pedoman Rakyat ini.
Menurutnya melalui peningkatan kompetensi SDM Wartawan ini menjadi salah satu upaya untuk menghadirkan Wartawan yang profesional dan jauh dari “kerja-kerja busuk Nyamuk-Nyamuk Nakal” yang kerap menggangu mitra kerja.
Sementara itu, Camat Maniangpajo M.Jalil merasa terbantu dengan kehadiran Pengurus PWI Wajo dalam memberi pencerahan kepada kami selaku Mitra Kerja.
Usai melakukan Safari Jurnalistik di Maniangpajo, perjalanan dilanjutkan ke kecamatan Belawa.
Rute perjalanan kami pada siang yang terik itu memutar dari arah Kalosi (Kabupaten Sidrap)- Wele – Belawa. Ini sengaja kami lakukan untuk membandingkan kualitas jalan pada dua kabupaten bertetangga.
Dan benar saja, perjalanan kami disuguhi dua kualitas jalan yang berbeda jauh. Di poros Kalosi- Pakkasalo (Kabupaten Sidrap), meski sempit tetapi jalannya mulus. Kondisi ini berbeda jauh ketika perjalanan kembali memasuki wilayah kabupaten Wajo di poros Wele-Belawa, sepanjang jalan milik Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan ini kami disuguhi atraksi “Goyang Pantat” ini disebabkan kondisi jalan yang sudah rusak berat dan membutuhkan sentuhan dari Pemerintah.
Pada diskusi lepas usai menikmati Makan Siang di Pusat Kuliner Jajanan To Sagenae (JTos) Belawa, topik ini menjadi hangat untuk kami perbincangkan, mengingat tak sedikit cercaan yang harus diterima Pemerintah Kabupaten Wajo akibat buruknya kondisi jalan yang nota bene menjadi kewenangan Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan.
Kegiatan Safari Jurnalistik kembali dimulai usai menikmati Makan Siang di Pusat Kuliner yang menjadi Icon baru Bumi Tosagenae, Belawa.
Diterima langsung Camat Belawa, Andi Nawasir bersama sejumlah Kepala Desa dan Lurah serta Kepala Sekolah dan Madrasah.
Alumni STPDN Jatinangor ini mengakui jika kegiatan semacam ini sangat bermanfaat bagi Mitra Kerja di tingkat Kecamatan dan Desa.
“Ini menjadi penting, kegiatan ini menjadi ajang silaturahmi sekaligus bisa memberi pencerahan bagi kami terkait tugas dan fungsi wartawan, ” ujarnya.
Masih menurut Mantan Sekcam Sajoanging ini, pihaknya sangat terbuka dalam menerima kehadiran wartawan di daerahnya. Harapannya, kehadiran teman-teman Wartawan bisa menjadi sharing partner sekaligus menjadi sosial kontrol dalam menjalankan roda pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan di Bumi Tosagenae ini.
Lagi dan lagi, pada sesi tanya jawab terungkap bahwa hadirnya oknum-oknum yang berpraktek seolah-olah Wartawan Profesional menjadi keluhan bagi Kepala Desa dan Kepala Sekolah.
“Kami kerap didatangi oleh oknum-oknum yang mengaku Wartawan, banyak hal yang ditanyakan bahkan terkadang mengungkit-ungkit sesuatu yang tidak terkait dengan tugas wartawan, lalu ujung-ujungnya meminta uang saat mau pulang, ” Kata Seorang Kepala Desa
Masih menurut Kepala Desa yang baru sekitar enam bulan menjabat ini, kondisi tersebut membuatnya bertanya seperti inikah tugas dan pekerjaan Wartawan ???
Terhadap kondisi ini, Ketua PWI kabupaten Wajo menekankan agar tidak membiasakan diri untuk memberi uang kepada Wartawan.
“Coba-coba untuk membiaskan diri untuk tidak memberi uang kepada Wartawan ketika itu terkait dengan pemberitaan, ” tegasnya.
Menurutnya menjamurnya oknum-oknum seperti itu ibaratnya “Gayung Bersambut” mereka selalu datang karena kita juga selalu memberi.
Sesi lain kegiatan Safari Jurnalistik ini di kecamatan Belawa diakhiri penyerahan bantuan dana dari PWI Kabupaten Wajo kepada salah satu Rumah Tanfiz Qur’an di Desa Lautang, Kecamatan Belawa.
Keluhan yang sama kami dapatkan pada hari kedua dan ketiga Safari Jurnalistik PWI Kabupaten Wajo di kecamatan Sabbangparu, Pammana dan kecamatan Penrang dan Keera.
Hampir semua Mitra Kerja mengeluhkan mengeluhkan hadirnya komunitas “Wartawan Bodreks” yang kerap membuat puyeng Kepala Desa dan Kepala Sekolah.
Kami sebut dengan sebutan komunitas karena mereka bekerja secara berkelompok dan silih berganti. Bahkan kata seorang Kepala Sekolah di Sabbangparu mereka seakan-akan tahu kapan waktunya harus datang.
“Ya, mereka sepertinya sudah tahu jadwal pencairan dana BOS, kemudian datang menanyakan berbagai hal, bahkan terkadang mereka juga meminta laporan pertanggung jawaban dana BOS, ” ujar Kepala Sekolah tadi.
Yang menarik, cerita seorang Kepala Desa, menurutnya, suatu waktu ia didatangi sekelompok Wartawan dengan mengendarai mobil avanza, saat itu ia harus keluar karena suatu urusan shingga ia tidak sempat untuk melayani Wartawan tadi.
Lanjut Kepala Desa tadi, saat pulang sore harinya ia terkejut karena melihat Wartawan yang mendatanginya tadi pagi ternyata masih ada di kolong rumahnya, bahkan katanya sempat tidur disitu.
Andi Wana Nganro, Camat Sabbangparu pun bertanya adakah trik khusus untuk membedakan Wartawan Profesional dengan Wartawan Abal-abal ??
Terhadap kondisi ini, Ketua PWI kabupaten Wajo, H.Rukman Nawawi merasa sangat prihatin.
“Jika dibaratkan dengan penyakit, kondisi ini sudah menjadi penyakit kronis. Diana-mana keluhannya sama, ” ujarnya.
Untuk.mengenali atau membedakan Wartawan Profesional dengan Wartawan Abal-abal Ketua PWI pun berbagi trik.
Menurutnya, untuk mengenali Wartawan Profesional dengan Wartawan Abal-anal maka yang pertama harus dilihat adalah karya jurnalisnya. Wartawan Profesional dengan gampang bisa menunjukkan karya jurnalistiknya, berbeda dengan Wartawan Abal-abal tentu akan kesulitan untuk menunjukkan karya jurnalistiknya, bahkan terkadang hanya mampu menunjukkan koran atau.majalah yang sudah kadaluwarsa.
“Ciri Fisik yang bisa membedakan Wartawan Profesional dengan Wartawan Abal-anal adalah Wartawan Profesional setidaknya mengantongi tiga jenis kartu, yakni kartu lulus Uji Kompetensi Wartawan (UKW), Kartu Identitas dari Organisasi Kewartawanan yang menaunginya semisal PWI, AJI, IJTV, dan yang terakhir Wartawan Profesional wajib mengantongi kartu dari media tempatnya bekerja, ” Pungkas H.Rukman. (**)
Editor : Edy Mulyawan