*Kelapa Sawit Primadona Devisa Terbesar Sesudah Minyak dan Gas
MEDIABAHANA.COM MAKASSAR — Meskipun harga komoditas kelapa sawit dunia anjlok, namun produksi minyak kelapa sawit atau crude palm oil, masih menjadi andalan pemasukan devisa negara terbesar dan satu-satunya primadona devisa terbesar sesudah minyak dan gas.
Demikian diungkapkan Ketua Gapki Sulawesi, Dony Yoga Perdana di hadapan wartawan, pimpinan media dan pengurus PWI Provinsi Sulsel serta kalangan pers kampus dalam acara Workshop Jurnalistik Kelapa Sawit yang diselenggarakan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat bekerjasama dengan PWI Provinsi Sulawesi Selatan.
Workshop Jurnalistik kali ini menghadirkan tiga orang pembicara yang kompeten di bidangnya masing-masing. Pembicara pertama oleh Ketua GAPKI Sulawesi, Dony Yoga Perdana, Achmad Maulizal Sutawijaya Corporate Secretary BPDPKS dan Muhamad Ihsan Pemimpin Umum Warta Ekonomi.
Kegiatan yang digelar di Hotel Aryaduta, Makassar itu diikuti puluhan jurnalis, pers kampus dan netizen dengan mengusung tema “Membangun Awareness dan Persepsi Positif Industri Kelapa Sawit pada Kalangan Netizen”. Kegiatan merupakan wujud dari kepedulian PWI Pusat dan PWI Sulawesi Selatan terhadap wartawan dan Netizen sebagai upaya meningkatkan awareness dan edukasi terkait dengan Industri kelapa sawit.
Dikatakan, karena masih menjadi primadona, maka masyarakat khususnya petani diminta untuk tetap membudidayakan kelapa sawit, karena kini komoditas itu lebih banyak digeluti oleh petani yang hampir 40 persen pertanaman sawit di Indonesia dikuasai rakyat.
Sangat berbeda dengan masa lalu dimana tanaman sawit lebih banyak dikuasai oleh perkebunan besar, yang berupaya mengembangkan bisnisnya dengan menggunakan segala cara yang kadang dituding sebagai perusak lingkungan flora dan fauna serta penyebab berkurangnya orang utan di Indonesia. Karena paradigma masa lalu, maka pihak asing di Eropa dan Amerika berupaya memboikot produk sawit Indonesia dengan memberikan stigma negatif sebagai perusak lingkungan. Akibat tindakan propokasi negara Eropa seperti itu, maka produk sawit dari Indonesia mengalami penurunan orderan dari luar negeri.
Isu menyesatkan seperti itulah yang perlu dihilangkan untuk mengembalikan kejayaan sawit tersebut melalui peran serta media untuk mengangkat informasi kelapa sawit yang baik dan benar lewat peran serta para penggiat medsos atau online.
Acara dibuka oleh Muhamad Ihsan yang juga pimpinan majalah ekonomi Warta dan Bendahara PWI Pusat.
Menurut Ihsan, dasar dari diadakannya kegiatan workshop jurnalistik kelapa sawit ini adalah tindak lanjut dari MoU antara PWI Pusat dan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) pada Hari Pers Nasional tahun 2017 di Maluku.
Kegiatan ini sudah berlangsung selama 2 tahun, dan akan terus dilanjutkan dari tahun ke tahun secara bergilir di beberapa provinsi. Kegiatan ini merupakan bentuk dukungan pers kepada industri kelapa sawit Indonesia, karena terdapat 41% kebun kelapa sawit merupakan perkebunan yang dimiliki oleh rakyat.
Seiring perkembangannya, sawit menjadi komoditas unggulan Indonesia, karena kelapa sawit menyumbang sekitar Rp 300 Trilyun bagi Indonesia. Ha l itu tentunya memberikan manfaat yang besar bagi perekonomian Indonesia, dan saat ini sawit menjadi ancaman bagi negara Uni Eropa dan Amerika, sehingga muncul banyak kampanye negative yang memberitakan isu-isu terkait kelapa sawit.
Hal itu juga yang mendasari diadakannya kegiatan ini, karena sawit adalah milik Indonesia, maka sudah sepantasnya dijaga dan diberitakan dengan seobjektif mungkin.
Diharapkan, melalui kegiatan ini persepsi kita semua terhadap kelapa sawit semakin positif dan menambah pengetahuan tentang sawit kepada pers dan masyarakat pada umumnya, jelasnya.
Pembicara pertama, Dony Yoga Perdana memaparkan materi tentang nasionalisme media di tengah persaingan minyak nabati global.
Dilanjutkan pemaparan kedua disampaikan oleh Achmad Maulizal Sutawijaya Corporate Secretary BPDPKS, yang membahas tentang bentuk dukungan dari pemerintah adalah dengan membentuk kelapa sawit menjadi komoditas andalan untuk mendongkrak perekonomian nasional.
Fungsi BPDPKS, kata, Maulizal adalah melakukan penghimpunan dana, pengelolaan dana dan penyaluran dana yang terkait dengan kelapa sawit, sehingga dana yang diperoleh dari hasil penjualan minyak sawit itu akan dikembalikan kepada petani dalam bentuk pembinaan usaha, pengembangan tanaman sawit, ungkapnya.
Pembicara ketiga di isi oleh Muhamad Ihsan (Pemimpin umum Warta Ekonomi) menyampaikan materi tentang kontribusi kelapa sawit terhadap negara. “Pers Indonesia awalnya sinis terhadap Industri kelapa sawit, karena pada zaman orde baru, kebun kelapa sawit identik dimiliki oleh para konglomerat yang dekat dengan rezim pada waktu itu.
Hal itu kemudian membuat pers terkesan sinis memberitakan kelapa sawit, tetapi seiring informasi yang didapat, terutama terkait dengan kontribusi besar yang disumbangkan sawit kepada Indonesia, dan terkait juga dengan serangan kampanye anti sawit yang digaungkan oleh Uni Eropa dan Amerika, dari situlah nasionalisme media dihadirkan melalui pemberitaan-pemberitaan untuk menangkal kampanye negatif terhadap kelapa sawit.
Tetapi kembali lagi, Pers bukan lahir bukan untuk memberitakan kelapa sawit dan mati-matian membela, pers harus tetap secara objektif memberitakan dampak positif dan negatif kelapa sawit, katanya.
Ketua PWI Wajo, H.Rukman Nawawi yang juga menghadiri acara workshop Jurnalistik kelapa sawit menyatakan salut dengan acara tersebut, namun diharapkan acara seperti itu juga perlu digelar melalui tour jurnalistik ke daerah sentra perkebunan sawit, sehingga para wartawan bisa melihat langsung dan menulis tentang kondisi perkebunan kelapa sawit di lapangan.
Pengurus PWI yang hadir antara lain, Wakil Ketua PWI Sulsel, H. Ismail Asnawi, Sekretaris PWI, Anwar Zanusi, Bendahara PWI, Selly Lestari dan beberapa pengurus PWI Kabupaten/kota dari Pangkep, Takalar, dan Wajo.
Laporan : H. Abdul Manaf Rachman